Zaman
weda merupakan zaman sejak masuknya bangsa Arya di Punjab hingga timbulnya
agama Budha pada kira-kira tahun 500 SM. Zaman ini dibagi lagi menurut
pertumbuhan kitab-kitab yang menjadi sumber
hidup keagamaan pada zaman ini, menjadi:
a. Zaman Weda Purba atau Weda Samhita,
dimulai dari tahun 1500 SM hingga kira-kira tahun 1000 SM. Pada zaman ini
bangsa Arya masih berada di Punjab yaitu daerah Sungai Indus atau Sindhu.
Disini belum banyak terdapat penyesuaian diri dengan peradaban India purba.
Pada zaman ini
kehidupan keagamaan orang Hindu didasarkan atas kitab-kitab yang disebut Weda
Samhita, yang berarti pengumpulan Weda. Menurut Hindu kitab ini ciptaan Dewa
Brahma. Isinya diwahyukan oleh Dewa Brahma pada Rsi atau pendeta, dalam bentuk
mantra-mantra yang kemudian disusun sebagai puji-pujian oleh para Rsi. Sebagai
wahyu tertinggi maka Weda disebut Sruti (yang didengar dari dewa tertinggi).
Sesudah dibukukan mantra-mantra itu dibagi menjadi 4 bagian pengumpulan
(samhita), yaitu:
Ø Regweda, beriri mantra-mantra dalam
bentuk pujian yang digunakan untuk mengundang para dewa agar berkenan hadir
pada upacara.
Ø Sama weda, hampir seluruh isinya diambil
dari regweda, kecuali beberapa nyanyian.
Ø Yajurweda, berisi Yajus atau rapal,
diucapkan oleh imam atau pendeta yang disebut Adwarya, yaitu saat ia melaksanakan
kurban. Rapal-rapal itu untuk mengubah kurban menjadi makanan dewa
Ø Atharwaweda, berisi mantra-mantra sakti.
Kepercayaan
pada Weda Purba
Ø Para dewata
Kitab Regweda
menyebutkan adanya 33 dewa, yang dibedakan atas dewa langit, dewa angkasa, dan
dewa bumi.
Ø Roh jahat
Ada dua roh jahat,
yaitu roh jahat yang tinggi martabatnya(salah satunya yaitu roh yang nenguasai
musim kemarau) dan roh jahat yang rendah martabatnya (salah satunya yaitu roh
yang menampakkan diri sebagai binatang atau sebagai manusia).
Praktik keagamaan
Yang menjadi pusat keagamaan orang-orang
pada zaman ini adalah kurban. Ada dua macam kurban:
Ø Kurban tetap, kurban yang dilakukan tiap
kali, pada waktu pagi dan sore, tiap bulan baru dan bulan purnama, tiap awal
musim semi, musim hujan, dan musim dingin.
Ø Kurban berkala, kurban yang dilakukan
jika ada keperluan.
b. Zaman Brahmana, dimulai pada tahun 1000
SM hingga 750 SM. Pada zaman ini para imam yaitu para Brahmana sangat berkuasa
dan menimbulkan kitab-kitab yang berlainan sekali sifatnya dibandingkan dengan
kitab-kitab Weda Samhita. Sekarang penyesuaian diri dengan peradaban India
purba sudah lebih maju, sehingga timbul jiwa baru.
Zaman ini adalah suatu
zaman yang memusatkan keaktifan rohaninya pada korban. Pada zaman Brahmana
timbul perubahan suasana. Ciri-ciri zaman ini adalah:
Ø Kurban mendapat tekanan yang berat.
Pada zaman weda purba
kurban masih menjadi alat untuk mempengaruhi para dewa agar berkenan menolong
manusia.pandangan itu pada zaman Brahmana berkembang hingga mencapai puncaknya.
Secara mitologis kurban digambarkan sebagai suatu makhluk hidup yang memiliki
anggota-anggota tubuh. Jika semua anggota-anggota itu disusun secara harmonis,
dengan perantaraan mantra-mantra, maka terbentuklah rupa korban. Rupa korban
ini dapat menjdaikan upacara korban berhasil.
Ø Para imam menjadi golongan yang paling
berkuasa.
Berhasilnya kurban
tergantung dari rupa kurban, rupa kurban tergentung pada kecakapan imam untuk
menyusunnya dengan mantranya.
Ø Perkembangan kasta dan asrama
Pada zaman ini
timbullah kasta-kasta yaitu kasta Brahmana (para imam), kasta Ksatria (yang
memerintah), kasta Waisya (pekerja), Kasta sudra (rakyat jelata). Asrama
merupakan suatu konsep sosial yang memberikan peraturan-peraturan bagi
tindakan-tindakan yang sesuai dengan tingkatan hidup orang menurut kastanya.
Hidup manusia dibagi menjadi 4 asrama, yaitu:
1. Brahmacarya, tahap menjadi murid.
Pada umur 12 tahun anak
harus belajar pada guru. Jika sudah diterima dengan suatu upacara maka disebut
dwija. Selama menjadi murid ia harus belajar kitab weda samhita.
2. Grhasta, tahap menjadi kepala keluarga.
Dalam tahap ini harus berkeluarga dan mempunyai banyak anak, terlebih anak
laki-laki. Karena anak laki-laki mempunyai tugas keagamaan.
3. Wanaprasta, tahap menjadi penghuni hutan
(pertapa)
Ia harus meningglakan
anak cucu nya dan pergi ke hutan untuk mempelajari kitab-kitab Aranyaka, serta
merenungkan kurban-kurban rohani. Akhirnya ia memasuki asrama terakhir yaitu
4. Sannayasa, tahap hidup penyangkalan
Ia harus meninggalkan
segala sesuatu, mengembara, hidup tanpa rumah, sebagai pengemis yang tidak
memiliki apa-apa. Dalam tahap ini ia mempelajari kitab Upanisad. Dalam
praktiknya sering tahap ke tiga dan empat digabung.
Ø Dewa-dewa berubah perangainya
Pada zaman ini ada
beberapa dewa yang sudah tak pernah disebut-sebut lagi.dan ada dewa-dewa yang
hanya diturunkannya kedudukannya.
Ø Timbulnya kitab-kitab sutra
Kitab sutra ialah
kitab-kitab pedoman yang berisi petunjuk tenteng banyak hal dan yang ditulis
dalam kalimat-kalimat yang pendek. Isinya membicarakan bahasa, tata bahasa,
upacara-upacara, ilmu pengetahuan tentang soal dan arti kata, dan sebagainya.
Semua itu diperlukan bagi teknik kurban yang memerlukan pengucapan mantra yang
tepat.
c. Zaman Upanisad, dimulai dari tahun 750
SM hingga 500 SM. Pada zaman ini pemikiran secara falsafah mulai berkembang.
Pusat peradaban berpindah dari Punjab ke Sungai Gangga.
Ajaran upanisad dapat
disebut monisme yang bersifat idealistis, artinya ajarannya mengajarkan bahwa
segala sesuatu dapat dikembalikan pada satu asas. Adapun asas yang satu itu
adalah Brahman dan Atman. Brahman adalah asas alam semesta sedangkan atman
adalah asas jiwa. Hanya Brahman dan Atman inilah yang memiliki kenyataan
Ø Brahman. Mula-mula Brahman adalah ilmu
yang suci, suatu nyanyian atau mantra, sebagai pernyataan yang konkret dari
hikmat rohani. Tapi kemudian Brahman adalah doa. Sekarang dalam Upanisad Brahman
adalah sebab adanya dunia, landasan atau sebab bendani dunia, seperti emas
adalah sebab bendani perhiasan dari emas.
Ø Atman
Dalam weda samhita
Atman berarti napas, jiwa, dan pribadi. Di dalam upanisad disebutkan bahwa
pengliihatan, pendegaran, dan sebagainya stu per satu meninggalkan tubuh untuk
mengetahui siapa dari fungsi-fungsi hidup itu yang terpenting. Akhirnya
diketahui bahwa yang terpenting adalah napas, atman. Dengan ini dijelaskan
bahwa atman adalah hakikat manusia yang
sesungguhnya. Atman adalah subyek yang tetap ada di tengah-tengah segala yang
berubah.
Ø Brahman adalah atman
Brahman sebagai asas
kosmis, adalah sama dengan atman sebagai asas hidup manusia. Di dalam atman
Brahman menjadi imanen. Yang tak terbetas menjadi terbetas
Ø Karma
Segala sesuatu
ditaklukan oleh karma baik dewa, manusia, maupun binatang dan tumbuhan. Hidup
kita sekarang dipengaruhi oleh perbuatan kita pada zaman kehidupan yang
mendahului hidup ini dan akan mempengaruhi hidup yang akan datang.
Ø Samsara
Ajaran tentang karma
mengakibatkan adanya ajaran tentang samsara, yaitu ajaran tentang perputaran kelahiran.
Nasib manusia adalah dilahirkan lagi, hidup, mati, demikian seterusnya
Ø Kelepasan
Sebab manusia dikuasai
oleh samsara karena manusia itu terdiri dari keinginan-keinginan. Siapa yang
ingin mendapatkan kelepasan ia harus dapat menghapuskan segala keinginannya.[i]
0 komentar:
Posting Komentar