Selasa, 27 November 2012

Inti Ajaran Agama Hindu Pokok Pokok Prinsip Ajaran Agama Hindu

Ilustrasi : Badan (Kereta), Roh Individu (Penumpang),
Pengendalian Panca Indria (5 Kuda) oleh Akal Budi/
Kecerdasan (Kusir) melalui fikiran (tali kendali).

Alam material fana walaupun mendapatkan sedikit kesenangan tapi kemudian diikuti dengan penderitaan, penuh dengan ketidakpastian, bencana, kehilangan, kesedihan, rasa takut, rasa sakit, rapuh, kotoran, hal-hal yang menjijikkan, penyakit, umur tua, dll. hal-hal ini mulai menyadarkan kita untuk mencari ‘jaminan’ ketenangan dan kebahagiaan abadi di alam Rohani Tuhan bebas dari penderitaan di alam material.
Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa (Bhakti Yoga)
Penyerahan diri kepada Tuhan, selalu ingat /sadar kepada Tuhan, tekun sepenuhnya dengan keyakinan dan cinta bhakti (cinta bhakti misalnya dengan hubungan Tuhan sebagai Ayah Alam Semesta), dan menyadari hanya Alam Rohani Tuhan Yang Abadi / kekal dan sebagai tujuan tertinggi..

Bhagavad-gita 2.49
Wahai Dhananjaya, jauhilah segala yang menjijikan melalui bhakti dan dengan kesadaran seperti itu serahkanlah dirimu kepada Tuhan Yang Mha Esa. Orang yang ingin menikmati hasil pekerjaannya adalah orang pelit.

Bhagavad-gita 8.8
Orang yang bersemadi kepada-Ku sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dengan pikirannya senantiasa tekun ingat kepada-Ku, dan tidak pernah menyimpang dari jalan itu, dialah yang pasti mencapai kepada-Ku, wahai Partha.

Bhagavad-gita 8.22
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang lebih agung daripada semua kepribadian lainnya, dapat dicapai oleh bhakti yang murni. Walaupun Beliau berada di tempat tinggal-Nya, Beliau berada di mana-mana, dan segala sesuatu berada di dalam Diri-Nya.

Bhagavad-gita 9.22
Tetapi orang yang selalu menyembah-Ku dengan bhakti tanpa tujuan yang lain dan bersemadi pada bentuk rohani-Ku – Aku bawakan apa yang dibutuhkannya, dan Aku memelihara apa yang dimilikinya.

Bhagavad-gita 10.10
Kepada mereka yang senantiasa setia ber-bhakti kepada-Ku dengan cinta kasih, Aku berikan pengertian yang memungkinkan mereka datang kepada-Ku.

Bhagavad-gita 9.34
Berpikirlah tentang-Ku senantiasa, jadilah penyembah-Ku, bersujud kepada-Ku dan menyembah-Ku. Dengan berpikir tentang-Ku sepenuhnya secara khusuk, pasti engkau akan datang kepada-Ku.

———————————————-
Pengorbanan, Yadnya (Karma Yoga)
Pengorbanan tidak semata-mata kedermawanan dan kewajiban tanpa pamrih, tetapi juga pelayanan sosial, melaksanakan pekerjaan sendiri (yang baik) dengan sebaik-baiknya, pertapaan (Upawasa / puasa), mengorbankan sift-sifat buruk kita (mengorbankan sifat-sifat hewani), pengendalian diri dengan tidak mendengarkan, tidak memikirkan, melihat, tidak berkata hal-hal buruk, menjaga lingkungan dan alam, tidak menyakiti mahluk lain juga merupakan korban suci (Yadnya) kepada Tuhan.

Bhagavad-gita 2.61
Orang yang mengekang dan mengendalikan indria-indria sepenuhnya dan memusatkan kesadarannya sepenuhnya kepada-ku, dikenal sebagai orang yang mempunyai kecerdasan yang mantap.

Bhagavad-gita 3.13
Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja. (Catatan :  Baca mantra sebelum makan, misalnya 1 kali Mantra Gayatri)

Bhagavad-gita 3.19
Karena itu hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa.

Bhagavad-gita 4.27
Orang lain, yang berminat mencapai keinsafan diri dengan cara mengendalikan pikiran dan indria-indria, mempersembahkan fungsi-fungsi semua indria, dan nafas kehidupan, sebagai persembahan ke dalam api pikiran yang terkendali.

Bhagavad-gita 5.29
Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, karena ia mengenal Aku sebagai penerima utama segala korban suci dan pertapaan, Tuhan Yang Maha Esa penguasa semua planet dan dewa, dan penolong yang mengharapkan kesejahteraan semua makhluk hidup, akan mencapai kedamaian dari penderitaan kesengsaraan material.

Bhagavad-gita 16.1
Tidak mencelakakan yang lainnya, kejujuran, jauh dari rasa amarah, penyerahan total hasil dari tindakan-tindakannya, kedamaian, tidak mencari-cari kesalahan, rasa sayang terhadap semua makhluk hidup, kesederhanaan, jauh dari rasa ketidak setiaan.

Bhagavad-gita 17.25
Tanpa menginginkan hasil atau pahala, hendaknya seseorang melakukan berbagai jenis korban suci, pertapaan dan kedermawanan dengan kata ‘tat’ (Om Tat Sat). Tujuan kegiatan rohani tersebut ialah untuk mencapai pembebasan dari ikatan material.

Bhagavad-gita 9.27
Apapun yang engkau lakukan, apapun yang engkau makan, apapun yang engkau persembahkan atau berikan sebagai sumbangan serta pertapaan dan apapun yang engkau lakukan-lakukanlah kegiatan itu sebagai persembahan kepada-Ku, wahai putera Kunti.
———————————————-

Pengetahuan, Kebijaksanaan (Jnana Yoga)
Akal budi yang berkemampuan membeda-bedakan (Wiweka), akal budi harus dipergunakan untuk membedakan yang terbatas dengan yang tak terbatas, yang asli dan yang palsu, yang sementara dengan yang kekal.

Bhagavad-gita 2.15
Wahai manusia yang paling baik (Arjuna), orang yang tidak goyah karena suka ataupun duka dan mantap dalam kedua keadaan itu pasti memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan.

Bhagavad-gita 2.48
Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang, lepaskanlah segala ikatan terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut yoga.

Bhagavad-gita 3.42
Indria-indria yang bekerja lebih halus daripada alam yang bersifat mati. Pikiran lebih halus daripada indria-indria; kecerdasan lebih halus lagi daripada pikiran; dan Dia (sang roh ) lebih halus lagi daripada kecerdasan.

Bhagavad-gita 5.9
Walaupun orang yang sadar secara rohani sibuk dapat melihat, mendengar, meraba, mencium, makan, bergerak ke sana ke mari, tidur dan tarik nafas, dia selalu menyadari di dalam hatinya bahwa sesungguhnya dia sama sekali tidak berbuat apa-apa. Ia mengetahui bahwa berbicara, membuang hajat, menerima sesuatu, membuka atau memejamkan mata, ia selalu mengetahui bahwa hanyalah indria-indria material yang sibuk dengan obyek-obyeknya dan bahwa dirinya menyisih dari indria-indria material tersebut.

Bhagavad-gita 13.30
Orang yang dapat melihat bahwa segala kegiatan dilaksanakan oleh badan, yang diciptakan oleh alam material, dan melihat bahwa sang diri (Atman) tidak melakukan apa pun, melihat dengan sebenarnya.


Diri Kita Yang Sejati (Roh) berbeda dengan badan material yang boleh dianggap hanya kekosongan / tidak nyata (ingat atom, elektron yang hanya energi), badan kita bisa dikatakan sama dengan gambaran orang yang ada di layar televisi, yang hanya pancaran elektron, apapun kejadian yang terjadi di dalam layar televisi.. kita mestinya tidak menganggap hal yang nyata/benar ada di layar televisi tersebut.
Karena yang nyata hanya Roh Individual (Atma) dan Tuhan, diluar itu yaitu alam, benda, badan adalah energi eksternal Tuhan, karena badan adalah energi semata maka fikiran, suara, ego, kecerdasan adalah hal-hal yang bisa dikatakan tidak ada. Alam material seperti halnya bayangan.. seolah-olah ada tapi sebenarnya tidak nyata. Mengembangkan ketidakterikatan berdasarkan pengetahuan ini.

Contoh untuk mengurangi amarah bila ada yang menghinamu dengan kata-kata; oleh karena tubuh orang yang menghina saja tidak nyata apalagi hal-hal yang muncul dari tubuh itu sendiri yaitu fikiran dan kata-kataya adalah sesuatu yang tidak ada, dan yang dihinanya pun dengan demikian juga tidak ada, tubuh, fikiran, ego, dan kata-katanya layaknya debu-debu yang berterbangan hilang ditiup angin.. 
———————————————-

Meditasi (Raja Yoga)
Meditasi pada dasarnya mengkondisikan fikiran menjadi rileks sehingga mencapai atau mendekati frekuensi alam semesta tetapi harus dalam keadaan “jaga” yaitu duduk dengan badan tegak. Dari penelitian jumlah energi yang diperlukan saat duduk meditasi lebih kecil daripada dalam keadaan berbaring atau tidur. Pada praktek Meditasi Transendental saat meditasi pada saat tertentu dicapai nafas yang halus bahkan hampir tanpa nafas yang berarti saat itu kita mengakses energi kosmis (alam semesta / Unity Field) sehingga tubuh dan mental kita mendapat energi positif, memperoleh kesehatan fisik dan mental, mengikis stres saraf (“dosa”), meningkatkan kreatifitas dan kecerdasan / akal budi, menumbuhkan kesabaran,  dll. Praktek meditasi yang lain memusatkan kosentrasi kepada sang diri sejati (cahaya Atma) atau cahaya Tuhan Brahman.

Bhagavad-gita 6.2
Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang disebut melepaskan ikatan sama dengan yoga atau mengadakan hubungan antara diri kita dengan Yang Mahakuasa, wahai putera Pandu, sebab seseorang tidak akan pernah dapat menjadi yogi kecuali ia melepaskan keinginan untuk memuaskan indria-indria.

Bhagavad-gita 6.25 
Berangsur-angsur, selangkah demi selangkah, seseorang harus mantap dalam semadi dengan menggunakan kecerdasan yang diperkokoh oleh keyakinan penuh, dan dengan demikian pikiran harus dipusatkan hanya kepada sang diri dan tidak memikirkan sesuatu selain itu.

Bhagavad-gita 6.26
Dari manapun pikiran mengembara karena sifatnya yang berkedip-kedip dan tidak mantap, seseorang dengan pasti harus menarik pikirannya dan membawanya kembali di bawah pengendalian sang diri.

Bhagavad-gita 6.27
Seorang yogi yang pikirannya sudah dipusatkan pada-Ku pasti mencapai kesempurnaan tertinggi kebahagiaan rohani. Dia berada di atas pengaruh sifat nafsu, dia menginsafi persamaan sifat antara dirinya dan Yang Mahakuasa, dan dengan demikian dia di bebaskan dari segala reaksi perbuatan dari dahulu.

———————————————-
Ke-empat Jalan mencapai kepada Yang Maha Kuasa (Yoga) tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan tidak bisa dipisahkan, misalnya seorang praktisi Meditasi  kepada Cahaya Tuhan pada saat yang sama juga sedang melakukan praktek Bhakti  kepada Tuhan. Atau ketenangan fisik dan mental karena meditasi membantu pelaksanaan yoga-yoga yang lain.
Seorang yang ber-Bhakti kepada Tuhan mesti juga menolong dan hormat dengan sesama manusia  dan mahluk hidup lainnya, serta peduli dengan lingkungan tanpa pamrih (Karma).

Tanpa menyiangi rumput di ladang dan menyiapkan tanahnya untuk ditanami, benih yang ditebarkan tidak akan menghasilkan panen yang baik. Demikian pula tanpa menghilangkan rerumputan liar egoisme dari dalam dirimu, segala usaha pengamalan spiritual akan sia-sia. Hal yang penting dipelajari dari Bhakti Yogaialah bahwa engkau jangan hanya mencintai Tuhan, tetapi juga semua makhluk. Memuja Tuhan di satu pihak, tetapi di lain pihak merugikan atau menyakiti makhluk lain, tidak dapat dinamakan pengabdian kepada Tuhan. Hal itu hanya menunjukkan kedunguan seseorang. Orang semacam itu tidak akan pernah maju dalam bidang spiritual.
Jika engkau ingin dekat Tuhan, engkau harus mengembangkan sifat suci cinta kasih. Hanya dengan cinta kasih engkau akan dapat menghayati Tuhan, karena Dia adalah cinta kasih itu sendiri. Jika engkau ingin melihat bulan tidak perlu memakai lilin atau obor. Cahaya bulan itu sendiri sudah cukup untuk melihat bulan. Jika engkau ingin melihat Tuhan, engkau hanya perlu membenamkan dirimu dalam cinta kasih. Penuhilah dirimu dengan kasih, engkau pasti akan mencapai Tuhan.  (-Bhagavan Sri Sathya Sai Baba – ).
———————————————-
Pada bagian lain, pokok-pokok keimanan (kepercayaan) dalam agama Hindudibagi menjadi lima bagian yang disebut dengan Panca Sradha, yaitu percaya adanya Tuhan, percaya adanya Atman (Diri Kita yang Sejati, Roh Individual), percaya adanya Hukum Karma Phala (Sebab Akibat), percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/ Samsara) dan percaya adanya Moksa (Kebebasan dari kelahiran dan kematian / Alam Rohani Tuhan / Kebahagiaan tertinggi / Surga Abadi).
Sumber: 
http://agamahindu9.wordpress.com/2012/06/25/inti-ajaran-agama-hindu-pokok-pokok-prinsip-ajaran-agama-hindu/

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts