A. Pendahuluan
India adalah negeri yang serba ganda : ganda dalam
suku bangsa, ganda dalam budaya, dan ganda dalam soal kepercayaan dan agama.
Karena dalam keserbagandaan ini maka mempelajari agama Hindu terasa mengalami
kesulitan.Subjeknya sangat luas dan mencakup suatu kesejarahan yang sangat luas
dan mencakup suatu kesejarahan yang
sangat panjang,apalagi agama tersebut memiliki ajaran yang tak terbatas. Akan
tetapi dengan usaha penelusuran, dan mencoba memandangnya secara hati-hati,
dalam kesempatan ini akan diusahakan melihatnya dalam suatu bentuk yang dirasa
utuh. Kalu ada benarnya ungkapan yang mengatakan bahwa mempelajari Agama Hindu
itu ibarat seorang buta yang mencoba menggambarkan gajah,maka usaha ini kiranya
dapat digambarkan seperti seorang yang tidak buta dan memiliki keahlian tentang
ular sehingga ketika mencoba membahas belalai gajah ia akan merasa lebih
menghayatinya daripada ketika membahas bagian-bagian lainnya.
Mendefinisikan agama Hindu pun juga sulit.
Barangkali apa yang dikatakan oleh Thomas R. Trautman ada benarnya sekalipun
juga dirasa ada kekurngannya. Dikemukannya bahwa Repubelik India sendiri
membatasi pengertian seorang penganut Hindu dengan “an India” yang menurut dia
mestinya harus ditambah dengan orang Pakistan, Nepal, Ceylon, yang bukan
penganut agama Islam, Kristen, Persia, dan Yahudi. Ada lahi yang membatasi
agama Hindu adalah agama yang para penganutnya menyembah dan memuja dewa-dewa
Wisnu, Siwa, Sakti,avatara-avatara
(penjelmaan)-nya,anak-anaknya dan sebagainya.
Agama Hindu timbul dari dua arus utama yang
membentuknya, yaitu agama (bangsa) Dravida
dan agama (bangsa) Arya.Dalam perkembangannya di India lalu ada usaha-usaha
yang mempesonakan untuk memasukkan berbagai macam kepercayaan yang ada,
filsafatnya, dan praktek-praktek keagamannya dalam suatu system yang sekarang
ini disebut dengan agama Hindu. Memang diakui bahwa perwujudan semngat Hindu
yang menyolok adalah semangat sintesis dan kompromis. Agama tersebut menyerap
ide-ide, penalaran dan amalan kedewaan Siwa, dewi ibu, pemujaan patung,
pertapaan, ajaran penjelmaan kembali dan sebagainya. Siwa dianggap sebagai dewa
angin badai yang ada dalam kitab Weda, dan disini Siwa disebut sebagai Rudra. Dalam perkembangannya ia adalah
salah satu dewa terpenting. Dari agama Weda agama Brahmana agama Hindu menyerap
system korban dan dewa-dewa alam. Dari agama Brahmana agama Hindu menyerap
kepercayaan akan kekalnya kitab-kitab Weda, sistem kasta, upacara-upacara yang
rumit dan perayaan keagamaan. Dari agama Upanishad agama Hindu menyerap konsep
tentang Realitas Tertinggi, juga tentang pengertian kesatuan dengan Tuhan.
Agama Upanishad adalah penentang agama Brahmana. Dari ajaran-ajaran Sri Krisna
agama Hindu menyerap ajaran tentang avatara Wisnu, dan dari kitab Bhagavadgita agama Hindu menyerap ajaran
monoteisme dan ajaran etika. Terlepas
dari dua arus utama tadi, di India masih ada kepercayaan suku asli yang juga
tetap ada perwujudannya dalam agama Hindu. Suku-suku asli India ini menyembah
arwah nenek moyang, hantu, sungai, gunung, pohon, dan binatang. Objek-objek ini
juga diserap oleh agama Hindu. Di antara dewa yang berasal dari kepercayaan
suku asli ialah dewi Kali yang
mengerikan. Dalam mitologi Hindu, Kali ini adalah istri Siwa dan Dewa Ganesha.
Unsur penting yang merupakan ajaran yang dominan
dalam agama Hindu adalah unsur teologi, filsafat, lembaga social dan etika atau
moral.Agama Hindu mempercayai Realitas Tertinggi hanya satu, akan tetapi tidak
membatasi “yang satu” sebagai realitas yang dimaksud sebagai Tuhan yang
personal. Selain itu agama Hindu juga percaya dan menyembah dewa-dewa alam yang
jumlahnya sangat banyak yang dianggap pengatur alam, dan penting kedudukannya
dalam upacara korban. Dewa-dewa ini diharapakan memberikan kesenangan, kebahagiaan
dan ketenangan, dan sebagai imbangannya, bila para dewa merasa senang, para
dewa akan mengabulkan keninginan mereka.
Sehubungan dengan itu ada komentar tentang ketuhanan
dalam agama Hindu : apakah agama Hindu termasuk politeisme, monoteisme, honoteisme,
ataukah yang lain, yaitu katenoteisme. Para ahli filsafat sampai pada pemaduan
dengan kepercayaan terhadap satu prinsip tertinggi yang kadang sebagai yang
netral dan kadang sebagai yang mutlak yang impersonal.
B.
Gerakan
Brahma Samay
Gerakan Brahma
Samay (bearati masyarakat Brahman) tampil sebagai gerakan yang sangat
teistik. Gerakan ini menolak politeisme, pemujaan patung-patung, korban
Binatang,
menganjurkan dihapuskannya praktek sati
(pembakaran janda), perkawinan anak-anak dan menolak praktek poligami. Gerakan
ini didirikan di Bengala. Tokoh-tokonnya yang sangat terkenal adalah Ram Mohan Roy (1774-1833), Devendranath Tagore (1817-1905), dan Keshab Chandra Sen (1838-1884).
Ram Mohan Roy adalah seorang
cendekiawan ahli Arab dan Persi. Karya pertamanya berjudul Tuhfat al-muwahhidin yang ditulisnya dalam bahasa Arab. Selain
belajar bahasa Arab dan Persia, ia juga mempelajari Bahasa Sanskerta terutama
untuk mempelajari agama Hindu. Bahasa Inggris dipelajarinya karena kaitannya
dengan East India Company. Bahasa Ibrani dan Bahasa Yunani dipelajarinya dari
misi Serampone di dekat Kalkuta.[1]
Ram Mohan Roy sering disebut sebagai
bapak modernisasi India. Ia mendirikan Brahma Samay sekitar 1828, dan
mengajarkan semacam deisme rasionalis.
Agak terpengaruh oleh Kristen, setiap malam Minggu ia mengadakan Kebaktian.
Tetapi ia menentang ajaran Trinitas. Ia melindungi agama Hindu menghadapi
polemic para penulis Kristen yang tidak jujur. Ram Mohan Roy juga pernah
menerjemahkan Bibel ke dalam bahasa
Bengali dan bahasa Sanskerta. Jasanya dianggap sangat besar dalam menghapuskan
sati dan mengenalkan pendidikan Inggris. Tahun 1816, ia menerbitkan Vedanta Sara yang berusaha menemukan
suatu monoteisme dalam pandangan Vedanta. Dengan usaha keras dicarinya
ayat-ayat dalam Upanishad yang mendukung ajaran monoteisme ini. Dengan tegas ia
mengemukakan bahwa tempat untuk memuja para dewa tidak terbatas pada kasta para
pemujanya saja. Ia melarang penggunaan patung dan gambar-gambar yang dipasang
ditempat ibadat. Hanya Khutbah-khutbah, Kidung-kidung dan doa-doa saja yang
dibenarkan. Selain itu ia juga mengecam sikap meremehkan peribadatan berbagai
macam agama.
C.
Ajaran
Brahma Samay
Diantara ajaran Brahma Samay ya itu Weda adalah
Satu-satunya dasar iman. Pengenalan akan Tuhan bersumber kepada alam dan
intuisi. Tuhan adalah Zat yang berpribadi, Ia tak pernah menitis, Ia
mendengarkan dan mengabulkan doa manusia. Penyembahan kepada Tuhan harus
dilakukan secara rohani.jalan mendapatkan keselamatan ialah pertaubatan dan
menghentikan perbuatan dosa.
Dalam gerakan Brahma Samay ini Weda dianggap sebagai
sumber penting dalam kehidupan manusia. Karena itu ia juga mengirimkan empat
orang yang dipandang mampu untuk hal ini ke Benares untuk mempelajari dan
menyalin kitab-kitab Weda dan harus melaporkan hasil-hasilnya. Di antara
hasil-hasilnya ialah bahwa gerakan Samay ini menganggap Weda sebagai kebenaran
yang sangat dijunjung tinggi.
Keshap Chandra Sen aktif dalam gerakan Samay sejak tahun
1857. Ia berpendapat bahwa yang terpenting dari ajaran tentang “Brahma” adalah
konsepsi tentang “Kebapaan Tuhan” dan “Keputraan Manusia” yang kemudian
dikembangkannya sebagai “Persaudaraan Manusia”. Pemikirannya sering dinilai
kurang teologis. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya Keshab mengajarkan
konsep keagamaan yang kurang bersifat Hindu lagi, tetapi sebaliknya lebih
mengembangkan konsep keagamaan yang agak kekristenan. Pada masanyalah muncul
suatu gerakan yang disebut Adi Brahma
Samay. Juga pada masanya Gerakan Brahman Samay mencapai puncak tetapi
sekaligus menurun. Pada 1879, ia mengajarkan semacam “takdir baru” yang
dianggapnya melebihi apa yang pernah ada pada agama Yahudi dan Kristen.
Akhirnya hal ini membawa kepada suatu perpecahan yang tidak dapat dihindari
lagi.
D.
Gerakan
Ramakrisna Mision
Svami
Vivekananda (1843-1902), murid Ramakrisna, pernah menghadiri Parlemen Agama di Chicago. Ia
mendirikan misi dengan nama gurunya yang sekarang ini memiliki jaringan yang
sangat luas. Kalau pada waktu itu umumnya gerakan keagamaan di India menekankan
pada bidang pendidikan dan social, maka Vivekananda dengan misi Ramakrisnanya
merupakan pendukung dan pembela dari ajaran Advaita
Vedanta yang dikemukakan oleh Sankara. Oleh karena itu para penganut
gerakan ini juga para penganut paham tersebut dan memiliki pandangan yang luas
dan moderen. Gerakan ini mengajarkan paham monisme
absolut dan memandang dunia sebagai ilusi atau maya. Gerakan ini mengakui
bahwa Brahma adalah nyata, dan merupakan Wujud Mutlak atau Tuhan yang
impersonal. Pendirinya adalah Ramakrisna Prahamsa. dan penyebarnya adalah
muridnya yang dinamis, Svami Vivekananda.
Ramakrisna Prahamsa (1834-1886) tidak berusaha keras
dalam masalah penyingkiran patung-patung seperti lazimnya gerakan pemurnian keagamaan
lainnya. Ia banyak bergaul dengan orang-orang yang berlainan agama, akan tetapi
menganut kepercayaan terhadap “realitas yang tunggal”. Sekalipun ia adalah
seorang yang otodidak, tidak menempuh pendidikan yang resmi, namun dia berusah
mengikuti berbagai macam kepercayaan dan mengutamakan pada “penghayatan” dan
pengalaman hidup sendiri. Ia, yang juga dikenal dengan nama Gadadhar Chatterji, tidak dapat membaca
dan menulis, bukan sarjana, tetapi memiliki keahlian tertentu terutama dalam
bidang filsafat dan agama Hindu. Ia cukup bicara dan mengemukakan
pendapat-pendapatnya yang kemudian dicatat dan diterbitkan oleh para
pengikutnya. Akan tetapi, sekalipun ia adalah tokoh dalam gerakan ini, namun ia
bukan pemberi bentuk gerakan tersebut karena pemberi bentuk dan perumus idenya
adalah murid dan penggantinya, yaitu Svami Vivekananda.
E.
Ajaran
Ramakrisna Mision
Memahami pikiran Ramakrisna merupakan suatu usaha
yang cukup sulit karena dapat keliru dalam menanggapi arah yang sebenarnya.
Pemikirannya lebih bersifat intuitif daripada intelektual, sehingga kalau hanya
menekankan pada segi intelektualnya saja, maka ibarat orang pergi ke kebun
buah-buahan bukan untuk memakan buahnya tetapi hanya untuk berspekulasi
menghitung-hitung cabang masing-masing pohon dan daun pada setiap cabang
tersebut. Ia lahir dari suatu keluarga Brahmana di daerah Bengala, kemudian
pergi ke Kalkutta dan hidup sebagai pendeta. Pada tahun 1855 ia ditunjuk untuk
membawahi biara disebelah utara kotanya, kemudian menjadi seorang pemuja Kali.
Agaknya ia juga seorang penganut ajaran Tantra dan mempraktekkan ajarn Bhakti
yang mendekati Tuhan sebagai “orang tua”, “pengusaha”, “teman”, “anak”, juga
sebagai “kekasih tercinta”. Dia mengabdi kepada Rama dengan mengambil sikap
sebagai Hanuman. Ia juga mengutamakan advaita dan dalam waktu singkat mampu
mencapai nirvikalpa-samadhi, suatu
penghayatan advaita yang tinggi. Ajaran lain yang sangat mempengaruhi dirinya
antara lain adalah ajaran Islam walaupun ia mempraktekkan ajaran ini tidak
secara menyeluruh.Penghayatannya dan pengalaman-pengalaman keagamaannya
memperteguh keyakinannya bahwa pada hakikatnya agama itu adalah satu dan tidak
memiliki perbedaan yang hakiki. Baginya, agama dan kepercayaan yang
bermacam-macam itu adalah ibarat sungai-sungai yang akhirnya mengalir ke
samudera yang sama. Ramakrisna mengunakan kiasan-kiasan dan
perumpamaan-perumpamaan dalam mengemukakan pendapat-pendapatnya dan tidak
mempergunakan terminologi filosofis yang bersifat teknis. Dia tidak melihat
perbedaan antara Brahman yang personal dan yang impersonal. Kalupun toh ada,
menurut dia hanyalah seperti perbedaan antara permata dengan kilau sinarnya
saja. Semua agam bertujuan sama, dan hanya jalannya saja yang berbeda-beda ;
dan ibaratkan kue manis, maka rasa manis tersebut akan terasa di seluruh bagian
kue tersebut, maka rasa manis tersebut akan terasa di bagian kue tersebut, baik
di tengah-tengahnya, dipinggirnya, maupun di atas dan di bagian bawahnya.
Pemikirannya ini dikembangkan oleh murid-muridnya.[2]
Svami Vivekananda, atau disebut pula Narendranath Datta, kemudian
memproklamirkan ajaran Ramakrisna ini ke seluruh dunia. Ia juga menyusun suatu
gerakan yang terutama ditujukan dalam segi sosial sehingga mampu mengisi dan
berbuat banyak. Misi Ramakrisna kemudian banyak berfungsi dan berperan dalam
masyarakat. Vivekananda banyak menyerap pendidikan Barat, terutama
pandngan-pandangan dari John Stuart Mill, David Hume dan Herbert Spencer,
sehingga ia sering merasakan krisis yang akut dalam setiap diskusi dengan
Ramakrisna terutama dalam setiap persoalan skeptisisme. Pengaruh besar
Ramakrisna dan krisisnya sendiri, ditambah dengan kemiskinan, kemelaratan serta
kematian ayahnya, membawanya untuk harus menyelesaikan sendiri persoalan
tersebut.
Setelah gurunya meninggal dunia, Vivekananda
mengumpulkan murid-muridnya dalam suatu persaudaraan di Benares. Dengan
menempuh hidup sebagai seorang sanyasin, ia mengembara ke segenap pelosok
India. Dalam kesempatan menghadiri Parlemen Agama-agama Dunia di Chicago ia
sempat menggugah pers Amerika dan India. Sekembalinya ke India, pada tahun
1897, ia diterima dengan baik di Ceylon dan kemudian menelusuri pantai timur
India. Tahun itu pula ia mengorganisir “Ramakrisna Mision”. Gerakan ini banyak
memberikan arti dalam kehidupan orang-orang India. Pusatnya terdapat di Belur,
sebelah utara Kalkutta, dan mempunyai beberapa cabang di kota-kota lainnya.
Publikasi gerakan ini adalah tentang agama dan kebudayaan India.Svami
Vivekananda adalah seorang tokoh terbesar yang sangat berpengaruh dalam
“mendinamiskan agama Hindu”. Ia menafsirkan ajaran advaita dengan tafsiran yang
membawa kebangkitan agama Hindu dengan menekankan pada nasionalisme dan usaha-usaha kemasyarakatan.
Dia
mengatakan bahwa India memerlukan otot dari baja, yang hanya dapat tercapai
kalau cita-cita advaita, cita kesatuan, dapat dimengerti dan terwujud. Mengenai
Brahman, Vivekananda memberikan pengertian yang kemudian merupakan suatu
permulaan bagi suatu agama baru. Interpretasinya sangat berpengaruh di kalangan
bangsa India. Tafsiran advaitanya itu selanjutnya mengatakan bahwa Tuhan dan
tanah air India adalah satu; membebaskan tanah air adalah juga membebaskan Tuhan.[3]
Konsep maya, menurut dia, bukannya
memberikan pengertian ilusi semata, tetapi melalui maya justru dapat dimengerti
“realitas” yang sesungguhnya sehingga menjadi jelas bahwa advaita bukan
bersifat pasif tetapi sebaliknya, bersifat aktif. Brahma itu sendiri adalah
nyata. Dengan demikian dapat dinilai bahwa gerakan ini sebenarnya bukan
merupakan gerakan keagamaan saja, tetapi juga merupakan gerakan kebangsaan
India.
F.
Penutup
Dalam perkembangan selanjutnya, selain pusat-pusat
keagamaan di kraton, juga terdapat pusat-pusat keagamaan Hindu yang disebut
Paguron atau mandala atau kasturi. Ditempat-tempat ini para pendeta memberikan
pelajaran. Kitab-kitab yang ada pada waktu itu adalah kitab Tantu Panggelaran,
juga kitab Nawaruci yang juga disebut dengan kitab Tattwajnana. Kitab terakhir
ini penting karean mistik yang terdapat di dalamnya sampai sekarang masih
berlaku di kalangan tertentu. Dasar fikiran dan mistik itu sendiri juga
terdapat dalam kitab-kitab Suluk yang sudah mendapat pengaruh dari Islam.
Agama Hindu mempersonifikasikan kekuatan-kekuatan
Sang Hyang Widi dalam bentuk beberapa dewa yang banyak jumlahnya, akan tetapi
mempunyai fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan kepentingan makhluk hidup ini.
Sebagai Bhatara Brahma, ia memberikan pegangan dan tuntunan bagaimana manusia
harus bertindak. Dalam hal ini Brahma bertindak sebagai Sang Hyang Saraswati
yang memberikan ilham kepada para maharesi (salah literature menyebut seperti
Nabidalam Islam). Ia adalah sumber ilham, sumber gerak dan sumber ciptaan manusia.
Gerakan-gerakan yang ada didalam Agama Hindu
diantaranya adalah Brahma Samay dan Ramakrisna Mision merupakan suatu gerakan
pembaharu didalam umat Hindu, yang mana kedua gerakan tersebut tetap bersumber
dari weda, meskipun di tiap-tiap gerakan memiliki pemikiran atau pusat
perhatiannya masing-masing.
G.
Daftar
Pustaka
·
Ali. Mukti, Agama-agama
Dunia, Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988
·
Hadiwiyono.
Harun, Agama Hindu dan Budha, PT. BPK Press, 1989
·
Punyatmadja.
Oka, Panca Sradha, 1988
·
Pendit. Nyoman, Aspek-aspek
Agama Hindu, Menik Geni, 1993
·
Zaehner, Seri
Filsafat Driyarkara, PT. Gramedia, 1992
0 komentar:
Posting Komentar