Hasil
Diskusi PA-A/ 3
Topik
1
Sejarah
Agama Hindu
Pemakalah
: -Mylinda Khaerunnisa
-Ahmad
Sobiyanto
Notulen : Fadhilati Haqiqiyah
Moderator : Helmi Suhaimi
Diperesentasikan
pada kamis, 13 september 2012
Dosen
: Ibu Siti Nadroh
1. Tanya (M. Afissena): weda itu sebuah agama ataukah ajaran?
Jawab
(Mylinda Khaerunissa): weda
itu merupakan agama sebelum munculnya agama Hindu. Hindu merupakan himpunan
dari beberapa kitab Weda yang digenapi dari Brahmana. Sebelum masuknya agama
Hindu orang India kuno semuanya mengenal ajaran weda, kemudian Hindu sendiri
terbentuk dari beberapa kitab Weda yang digenapi para Brahmana.
Tambahan
(Hisqil Aebit Al qoroni): kehidupan keagamaan umat Hindu
didasarkan pada naskah suci yang disebut Weda Samhita, yang mereka yakini sebagai
ciptaan Brahma. Hanya para Rsi saja yang mampu menerima isi Weda tersebut. Isi
Weda pada mulanya berbentuk mantra-mantra, kemudian disusun dalam bentuk
puji-pujian. Kitab suci Weda terdiri dari Empat samhita: Regweda, Samaweda,
Yajurweda, Atharwaweda. (dapat dilihat dalam buku Agama-Agama Dunia halaman
60-61.
Notulen
: weda adalah nama untuk kitab-kitab suci yang memuat wedaran-wedaran teringgi
(wid= tahu, weda= pengetahuan, khusus pengetahuan tertinggi), dan dapat dipakai
dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, weda itu terdiri atas
4 himpunan (samhita), ialah: regweda, samaweda, Yajurwea, Atharwaweda. Dalam arti
luas, Weda termasuk ke dalam kitab Brahmana, yang berisi uraiana serta
keterangan-keterangan mengenai saji dan upacaranya, dan kitab-kitab upanisda
yang berisi kupasan tentang ketuhanan dan makna hidup.
Dari kitab-kitab Weda
seluruhnya itu dapat diikuti perkembangan keagamaan dan alam pikiran yang
mejadi dasar bagi timbulnya dua agama besar (Hindu dan Budha). Adapun masa
perkembangan itu dapatlah –menurut corak dan pandangan hidupnya – dibagi
menjadi : Zaman Weda, Zaman Brahmana, dan Zaman Upanisad.
Ø Zaman
Weda. Zaman Weda ini dimulai dengan datangnya bangsa Arya kira-kira 1500 tahun
SM di daerah hulu sungai Sindhu yang terkenal dengan nama Panjab (5 sungai).
Bangsa Arya itu termasuk induk bangsa Indo-Eropa, mula-mula adalah bangsa
pengembara. Dari tempat mereka terakhir di Asia Pusat, sebagian dari mereka
memasuki dan menetap di dataran tinggi Iran, dan sebagian lagi di Panjab.
Dewasa itu di sepanjang lembah sungai Sindhu terdapat suatu bangsa Dravida yang
sudah tinggi sekali tingkatnya. Peradaban ini bertempat di pusat kota-kota yang
diperkuat dengan benteng-benteng. Susunan kota beserta rumah-rumahnya yang
disusun dari batu menurut ukuran kita zaman sekarang sungguh sudah sangat
modern. Diantara kota-kota itu yang terkenal adalah Mohenjo Daro dan Harappa.
Datangnya bangsa Arya diserta dengan pertempuran-pertempuran melawan bangsa
Dravida. Dalam rigweda hal ini nyata sekali dengan dikatakannya bahwa bangsa
Arya menjumpai pendududk yang kecil-kecil badannya, berkulit hitam, tidak
berhidung. Penduduk ini dinamakan dasyu.
Keagamaan
zaman weda sesungguhnya adalah keagamaan bangsa Arya, dan sumbernya terutama
terdapat dalam Trayi Widya. Keagamaan zaman Weda itu mengenal banyak dewa. Dewa
ini masing-masing dihubungkan dengan tenaga alam yang menguasai dan
mempengaruhi kehidupan manusia. Bahkan tenaga alam itulah yang sebenarnya
dipuja-puja, sebagai dewa yang disertai dengan sifat kemanusiaan (personifikasi
dari tenaga-tenaga alam). Dan nama dewa adalah nama tenaga alam itu sendiri.
Demikianlah maka agni (api), dewa api, wayu (angin) adalah dewa angin. Yang
terkemuka serta mebdapat puji-pujian yang paling banyak adalah indra dan agni.
Ø Zaman
Brahmana. Seperti sudah kita ketahui, Brahmana adalah kitab suci yang menguraikan
dan menjelaskan hal-hal tentang saji dan upacaranya. Dengan demikian golongan
pendeta sangat terkemuka. Dalam zaman Weda mereka memang mempunyai kedudukan
tersendiri sebagai pemegang kekuasaan agama (Brahma), disamping adanya pemegang
kekuasaan kenegaraan (ksatria) dan rakyat biasa. Dalam zaman Brahma pembagian
menjadi lebih tegas lagi dan golongan ke 4 yang terdiri atas rakyat taklukan
telah pula ditambahkan. Demikianlah maka terdapat caturwarna atau 4 kasta.
Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra.
Ø Zaman
Upanisad. Kalau zaman Weda keagamaan berkisar pada pemujaan Dewa = tenaga alam
guna mendapatkan keuntungan, dan dalam zaman Brahmana keagamaan berpusat pada
saji dan upacara saji dan menjadi monopoli kasta Brahmana, maka dalam zaman
Upanisad ini keagamaan dibalikkan dari soal lahir menjadi batin. Pedoman hidup
yang disebut triwarga, terdiri atas dharma (kewajiban agama dan masyarakat),
artha (usaha-usaha untuk mengumpulkan harta) kama (usaha untuk mendapatkan
kesenangan dan kenikmatan) tidak lagi di anggap mencukupi dan tidak lagi dan
tidak lagi dicita-citakan. Timbullah cita-cita luhur yaitu moksa. Cita-cita ini
berpangkal pada kepercayaan bahwa hidup itu berlangsung berulang kali. Setelah
mati manusia itu akan hidup kembali, dan tiap hidup baru itu ditentukan sifat
dan kedudukannya oleh perbuatan (karma) dan kehidupannya yang lalu. Kehidupan
karma ini menimbulkan samsara yaitu lingkaran yang merangkaikan hidup __mati
__lahir kembali __ hidup lagi __ mati lagi dst. Maka cita-cita luhur itu adalah
berusaha untuk melepaskan diri dari samsara, membebaskan diri dari hukum karma,
agar menjadi sempurna dan tidak dilahirkan lagi. Arus baru dalam pandangan
hidup ini erat sekali hubungannya dengan kehidupan para wanaprastha. Banyak
para petapa yang sudah jauh dalam ilmu kebatinannya, dilingkungi oleh
murid-murid yang datang berguru karena ingin pula mengetahui seluk beluk hidup
dalam hubungannya dengan maksud daripada yang sebenarnya.
Arti
kata Upanisad adalah duduk dibawah menghadap yaitu menghadap kepada guru untuk
menerima ajaran. Karena apa yang dibentangkan dalam hutan dan kesunyian itu
bukan soal sehari-hari, lagipula sangat pelik dan berbahaya, maka ajaran itu
bersifat rahasia. Dalam Upanisad yaiutu kitab-kitab berisi ajaran itu tiap hal
selalu dimulai kata-kata “iti rahasyam”. Isi Upanisad dapat diringkas dalam
satu pokok, ialah atma widya yaitu pengetahuan tentang atman atau jiwa.[1]
2. Tanya (Hisqil Aebit Alqoroni): bagaimana Arya dan Dravida membuat
suatu ajaran?
Jawab
(Ahmad Sobianto): Arya mempunyai suatu kepercayaan yaitu
weda. Dan kepercayaan yang diyakini oleh bangsa Arya tersebut dicampur atau
dipadukan dengan kebudayaan Dravida.
Notulen :
Dengan datangnya bangsa Arya ke India, hal itu pasti berpengaruh terhadap
bangsa Dravida. Dengan adanya bangsa Arya di India bangsa Dravida lama kelamaan
dipengaruhi oleh bangsa Arya, sehingga terjadilah percampuran kebudayaan dan
agama baru. Yang menyebarkan agama Brahma ke daerah selatan ialah seorang
Agastya. Dalam agama Hindu terdapat berbagai kepercayaan-kepercayaan, nama-nama
dewa, dan lain-lain yang nyata diambil dari kebudayaan Dravida asli.[2]
Dalam sumber lain juga telah dijelaskan bahwa agama Hindu tumbuh bersamaan
dengan kedatangan bangsa Arya (Indo-Jerman) ke India sekitar tahun 1500 SM. Bangsa
Arya membangun sistem kepercayaan dan kemasyarakatan tertentu yang memuja
banyak dewa. Dewa-dewa ini diyakini menguasai segi-segi tertentu dari kehidupan
makhluk hidup. Tiga Dewa utama disebut Trimurti ; yaitu Brahma (Dewa Pencipta),
Wisnu (Dewa Pelindung), Siwa (Dewa Penghancur). Kebudayaan Hindu adalah
perpaduan antara budaya Dravida dan budaya Arya. Kebudayaan ini berkembang
pertama kali di daerah lembah sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (negeri
orang Arya) dan Hindustan (tanah milik orang Hindu).[3]
3. Tanya (Syafiq): Hindu percaya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Maka jika Hindu percaya, lalu
siapa Dewa-Dewa itu?
Pertanyaan yang
diajukan tidak sesuai dengan topik yang telah dibahas.
Notulen :
Dewa berasal dari kata Div, yang artinya sinar. Dewa adalah sinar suci dari Ida
Sang Hyang Widhi yang berfungsi untuk menyinari, menerangi, ataupun meyinari
dengan pengetahuan agar kehidupan makhluk hidup saling berkembang dan
berintegrasi antara satu dengan yang lainnya. Agama Hindu banyak mengenal
sebutan Dewa, seperti Dewa Siwa, Dewa Wisnu, Dewa Brahma, Dewa Iswara, Dewa
Indra, Dewa Surya, Dewa Waruna, Dewa Ludra, Dewa Kuwena, Dewa Sangkara, Dewa
Sambhu. Jadi Dewa merupakan sinar yang sangat banyak, bagaikan matahari dengan
sinarnya. Dewa-Dewa sebagia sinar suci Tuhan yang memiliki fungsi berbeda-beda,
Dewa Indra (Dewa perang), Dewa Brahma (Dewa Pencipta), dan lain-lain.[4]
Dalam sumber lain telah disebutkan bahwa Dewa tidaklah sama dengan Tuhan,
melainkan hanya ciptaan Nya, sebagaimana disebutkan dalam Sloka sebagai berikut
:
“karmalmanam ca devanam, so srjapaninam prabhuh, sadyanam ca gunam
suksnam yajnam caiva sanatanam”
Artinya “ Tuhan yang menciptakan Dewa-Dewa yang memiliki hidup dan
mempunyai sifat bergerak, juga diciptakan tingkat sadnya yang berbadan halus
serta upacara-upacara yang kekal. “[5]
[1] R.
Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, E book, dari http://books.google.co.id/books?id=Ua_L2i3HgOIC&pg=PA8&lpg=PA8&dq=weda&source=bl&ots=Q3ZTsHYjVn&sig=sJV5botDvBeWBm7cYskITKoQmvw&hl=id&sa=X&ei=nUJtUNGwOs7jrAe-w4CoBQ&ved=0CC0Q6AEwAQ#v=onepage&q=weda&f=false
[2] Mulia, India Sejarah Politik dan Kebangsaan,
(Jakarta : Balai Pustaka), cet. Lll, h. 19-20
[3] Sri Pujiastuti, IPS Terpadu, E
book, dari http://books.google.co.id/books?id=fT8UzuRfiHcC&pg=PA11&lpg=PA11&dq=kebudayaan+arya+dan+dravida&source=bl&ots=WOMoYBxbN2&sig=06IbFKhyIPDxrs-V784qGAHmS08&hl=id&sa=X&ei=Qp5tUMOfE8PRrQe6koCYCA&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q=kebudayaan%20arya%20dan%20dravida&f=false
[4] I Wayan Midastra, I Ketut Maruta, Widya
Dharma Agama Hindu SMP kls 9, E book, dari http://books.google.co.id/books?id=DY7v18r2ZnYC&pg=PP7&lpg=PP7&dq=dewa,+pengantar+hindu&source=bl&ots=h6p-GsG9Tw&sig=xw-XiKZOlt0Ub1JKvx7QAokok_s&hl=id&sa=X&ei=T6RtUM-bCpHIrQfdlIHgDw&ved=0CDQQ6AEwAg
[5] Agama Hindu, E book, dari http://books.google.co.id/books?id=Bs5v8nE2DP8C&pg=PA47&lpg=PA47&dq=tuhan+dan+dewa+dalam+hindu&source=bl&ots=AjZl-s-_hR&sig=99sDJH_IHgh93Nzby1UymOJKH5c&hl=id&sa=X&ei=FKdtUPyBMo_prQfjg4H4DQ&ved=0CC8Q6AEwAQ#v=onepage&q=tuhan%20dan%20dewa%20dalam%20hindu&f=false
0 komentar:
Posting Komentar