Rabu, 28 November 2012

Forum Diskusi


Hasil Diskusi PA-A/ 3
Topik 1
Sejarah Agama Hindu
Pemakalah : -Mylinda Khaerunnisa
      -Ahmad Sobiyanto 
Notulen : Fadhilati Haqiqiyah
Moderator : Helmi Suhaimi
Diperesentasikan pada kamis, 13 september 2012
Dosen : Ibu Siti Nadroh


1. Tanya (M. Afissena): weda itu sebuah agama ataukah ajaran?
Jawab (Mylinda Khaerunissa): weda itu merupakan agama sebelum munculnya agama Hindu. Hindu merupakan himpunan dari beberapa kitab Weda yang digenapi dari Brahmana. Sebelum masuknya agama Hindu orang India kuno semuanya mengenal ajaran weda, kemudian Hindu sendiri terbentuk dari beberapa kitab Weda yang digenapi para Brahmana.
Tambahan (Hisqil Aebit Al qoroni): kehidupan keagamaan umat Hindu didasarkan pada naskah suci yang disebut Weda Samhita, yang mereka yakini sebagai ciptaan Brahma. Hanya para Rsi saja yang mampu menerima isi Weda tersebut. Isi Weda pada mulanya berbentuk mantra-mantra, kemudian disusun dalam bentuk puji-pujian. Kitab suci Weda terdiri dari Empat samhita: Regweda, Samaweda, Yajurweda, Atharwaweda. (dapat dilihat dalam buku Agama-Agama Dunia halaman 60-61.
Notulen : weda adalah nama untuk kitab-kitab suci yang memuat wedaran-wedaran teringgi (wid= tahu, weda= pengetahuan, khusus pengetahuan tertinggi), dan dapat dipakai dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, weda itu terdiri atas 4 himpunan (samhita), ialah: regweda, samaweda, Yajurwea, Atharwaweda. Dalam arti luas, Weda termasuk ke dalam kitab Brahmana, yang berisi uraiana serta keterangan-keterangan mengenai saji dan upacaranya, dan kitab-kitab upanisda yang berisi kupasan tentang ketuhanan dan makna hidup.
Dari kitab-kitab Weda seluruhnya itu dapat diikuti perkembangan keagamaan dan alam pikiran yang mejadi dasar bagi timbulnya dua agama besar (Hindu dan Budha). Adapun masa perkembangan itu dapatlah –menurut corak dan pandangan hidupnya – dibagi menjadi : Zaman Weda, Zaman Brahmana, dan Zaman Upanisad.
Ø  Zaman Weda. Zaman Weda ini dimulai dengan datangnya bangsa Arya kira-kira 1500 tahun SM di daerah hulu sungai Sindhu yang terkenal dengan nama Panjab (5 sungai). Bangsa Arya itu termasuk induk bangsa Indo-Eropa, mula-mula adalah bangsa pengembara. Dari tempat mereka terakhir di Asia Pusat, sebagian dari mereka memasuki dan menetap di dataran tinggi Iran, dan sebagian lagi di Panjab. Dewasa itu di sepanjang lembah sungai Sindhu terdapat suatu bangsa Dravida yang sudah tinggi sekali tingkatnya. Peradaban ini bertempat di pusat kota-kota yang diperkuat dengan benteng-benteng. Susunan kota beserta rumah-rumahnya yang disusun dari batu menurut ukuran kita zaman sekarang sungguh sudah sangat modern. Diantara kota-kota itu yang terkenal adalah Mohenjo Daro dan Harappa. Datangnya bangsa Arya diserta dengan pertempuran-pertempuran melawan bangsa Dravida. Dalam rigweda hal ini nyata sekali dengan dikatakannya bahwa bangsa Arya menjumpai pendududk yang kecil-kecil badannya, berkulit hitam, tidak berhidung. Penduduk ini dinamakan dasyu.
Keagamaan zaman weda sesungguhnya adalah keagamaan bangsa Arya, dan sumbernya terutama terdapat dalam Trayi Widya. Keagamaan zaman Weda itu mengenal banyak dewa. Dewa ini masing-masing dihubungkan dengan tenaga alam yang menguasai dan mempengaruhi kehidupan manusia. Bahkan tenaga alam itulah yang sebenarnya dipuja-puja, sebagai dewa yang disertai dengan sifat kemanusiaan (personifikasi dari tenaga-tenaga alam). Dan nama dewa adalah nama tenaga alam itu sendiri. Demikianlah maka agni (api), dewa api, wayu (angin) adalah dewa angin. Yang terkemuka serta mebdapat puji-pujian yang paling banyak adalah indra dan agni.
Ø  Zaman Brahmana. Seperti sudah kita ketahui, Brahmana adalah kitab suci yang menguraikan dan menjelaskan hal-hal tentang saji dan upacaranya. Dengan demikian golongan pendeta sangat terkemuka. Dalam zaman Weda mereka memang mempunyai kedudukan tersendiri sebagai pemegang kekuasaan agama (Brahma), disamping adanya pemegang kekuasaan kenegaraan (ksatria) dan rakyat biasa. Dalam zaman Brahma pembagian menjadi lebih tegas lagi dan golongan ke 4 yang terdiri atas rakyat taklukan telah pula ditambahkan. Demikianlah maka terdapat caturwarna atau 4 kasta. Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra.
Ø  Zaman Upanisad. Kalau zaman Weda keagamaan berkisar pada pemujaan Dewa = tenaga alam guna mendapatkan keuntungan, dan dalam zaman Brahmana keagamaan berpusat pada saji dan upacara saji dan menjadi monopoli kasta Brahmana, maka dalam zaman Upanisad ini keagamaan dibalikkan dari soal lahir menjadi batin. Pedoman hidup yang disebut triwarga, terdiri atas dharma (kewajiban agama dan masyarakat), artha (usaha-usaha untuk mengumpulkan harta) kama (usaha untuk mendapatkan kesenangan dan kenikmatan) tidak lagi di anggap mencukupi dan tidak lagi dan tidak lagi dicita-citakan. Timbullah cita-cita luhur yaitu moksa. Cita-cita ini berpangkal pada kepercayaan bahwa hidup itu berlangsung berulang kali. Setelah mati manusia itu akan hidup kembali, dan tiap hidup baru itu ditentukan sifat dan kedudukannya oleh perbuatan (karma) dan kehidupannya yang lalu. Kehidupan karma ini menimbulkan samsara yaitu lingkaran yang merangkaikan hidup __mati __lahir kembali __ hidup lagi __ mati lagi dst. Maka cita-cita luhur itu adalah berusaha untuk melepaskan diri dari samsara, membebaskan diri dari hukum karma, agar menjadi sempurna dan tidak dilahirkan lagi. Arus baru dalam pandangan hidup ini erat sekali hubungannya dengan kehidupan para wanaprastha. Banyak para petapa yang sudah jauh dalam ilmu kebatinannya, dilingkungi oleh murid-murid yang datang berguru karena ingin pula mengetahui seluk beluk hidup dalam hubungannya dengan maksud daripada yang sebenarnya.
Arti kata Upanisad adalah duduk dibawah menghadap yaitu menghadap kepada guru untuk menerima ajaran. Karena apa yang dibentangkan dalam hutan dan kesunyian itu bukan soal sehari-hari, lagipula sangat pelik dan berbahaya, maka ajaran itu bersifat rahasia. Dalam Upanisad yaiutu kitab-kitab berisi ajaran itu tiap hal selalu dimulai kata-kata “iti rahasyam”. Isi Upanisad dapat diringkas dalam satu pokok, ialah atma widya yaitu pengetahuan tentang atman atau jiwa.[1]
2. Tanya (Hisqil Aebit Alqoroni): bagaimana Arya dan Dravida membuat suatu ajaran?
Jawab (Ahmad Sobianto): Arya mempunyai suatu kepercayaan yaitu weda. Dan kepercayaan yang diyakini oleh bangsa Arya tersebut dicampur atau dipadukan dengan kebudayaan Dravida.
Notulen : Dengan datangnya bangsa Arya ke India, hal itu pasti berpengaruh terhadap bangsa Dravida. Dengan adanya bangsa Arya di India bangsa Dravida lama kelamaan dipengaruhi oleh bangsa Arya, sehingga terjadilah percampuran kebudayaan dan agama baru. Yang menyebarkan agama Brahma ke daerah selatan ialah seorang Agastya. Dalam agama Hindu terdapat berbagai kepercayaan-kepercayaan, nama-nama dewa, dan lain-lain yang nyata diambil dari kebudayaan Dravida asli.[2] Dalam sumber lain juga telah dijelaskan bahwa agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Arya (Indo-Jerman) ke India sekitar tahun 1500 SM. Bangsa Arya membangun sistem kepercayaan dan kemasyarakatan tertentu yang memuja banyak dewa. Dewa-dewa ini diyakini menguasai segi-segi tertentu dari kehidupan makhluk hidup. Tiga Dewa utama disebut Trimurti ; yaitu Brahma (Dewa Pencipta), Wisnu (Dewa Pelindung), Siwa (Dewa Penghancur). Kebudayaan Hindu adalah perpaduan antara budaya Dravida dan budaya Arya. Kebudayaan ini berkembang pertama kali di daerah lembah sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (negeri orang Arya) dan Hindustan (tanah milik orang Hindu).[3]
3. Tanya (Syafiq): Hindu percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Maka jika Hindu percaya, lalu siapa Dewa-Dewa itu?
Pertanyaan yang diajukan tidak sesuai dengan topik yang telah dibahas.
Notulen : Dewa berasal dari kata Div, yang artinya sinar. Dewa adalah sinar suci dari Ida Sang Hyang Widhi yang berfungsi untuk menyinari, menerangi, ataupun meyinari dengan pengetahuan agar kehidupan makhluk hidup saling berkembang dan berintegrasi antara satu dengan yang lainnya. Agama Hindu banyak mengenal sebutan Dewa, seperti Dewa Siwa, Dewa Wisnu, Dewa Brahma, Dewa Iswara, Dewa Indra, Dewa Surya, Dewa Waruna, Dewa Ludra, Dewa Kuwena, Dewa Sangkara, Dewa Sambhu. Jadi Dewa merupakan sinar yang sangat banyak, bagaikan matahari dengan sinarnya. Dewa-Dewa sebagia sinar suci Tuhan yang memiliki fungsi berbeda-beda, Dewa Indra (Dewa perang), Dewa Brahma (Dewa Pencipta), dan lain-lain.[4] Dalam sumber lain telah disebutkan bahwa Dewa tidaklah sama dengan Tuhan, melainkan hanya ciptaan Nya, sebagaimana disebutkan dalam Sloka sebagai berikut :
karmalmanam ca devanam, so srjapaninam prabhuh, sadyanam ca gunam suksnam yajnam caiva sanatanam
Artinya “ Tuhan yang menciptakan Dewa-Dewa yang memiliki hidup dan mempunyai sifat bergerak, juga diciptakan tingkat sadnya yang berbadan halus serta upacara-upacara yang kekal. “[5]



[1] R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, E book, dari http://books.google.co.id/books?id=Ua_L2i3HgOIC&pg=PA8&lpg=PA8&dq=weda&source=bl&ots=Q3ZTsHYjVn&sig=sJV5botDvBeWBm7cYskITKoQmvw&hl=id&sa=X&ei=nUJtUNGwOs7jrAe-w4CoBQ&ved=0CC0Q6AEwAQ#v=onepage&q=weda&f=false
[2] Mulia, India Sejarah Politik dan Kebangsaan, (Jakarta : Balai Pustaka), cet. Lll, h. 19-20
[3] Sri Pujiastuti, IPS Terpadu, E book, dari http://books.google.co.id/books?id=fT8UzuRfiHcC&pg=PA11&lpg=PA11&dq=kebudayaan+arya+dan+dravida&source=bl&ots=WOMoYBxbN2&sig=06IbFKhyIPDxrs-V784qGAHmS08&hl=id&sa=X&ei=Qp5tUMOfE8PRrQe6koCYCA&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q=kebudayaan%20arya%20dan%20dravida&f=false
[4] I Wayan Midastra, I Ketut Maruta, Widya Dharma Agama Hindu SMP kls 9, E book, dari http://books.google.co.id/books?id=DY7v18r2ZnYC&pg=PP7&lpg=PP7&dq=dewa,+pengantar+hindu&source=bl&ots=h6p-GsG9Tw&sig=xw-XiKZOlt0Ub1JKvx7QAokok_s&hl=id&sa=X&ei=T6RtUM-bCpHIrQfdlIHgDw&ved=0CDQQ6AEwAg
[5] Agama Hindu, E book, dari http://books.google.co.id/books?id=Bs5v8nE2DP8C&pg=PA47&lpg=PA47&dq=tuhan+dan+dewa+dalam+hindu&source=bl&ots=AjZl-s-_hR&sig=99sDJH_IHgh93Nzby1UymOJKH5c&hl=id&sa=X&ei=FKdtUPyBMo_prQfjg4H4DQ&ved=0CC8Q6AEwAQ#v=onepage&q=tuhan%20dan%20dewa%20dalam%20hindu&f=false

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts