Rabu, 28 November 2012

Wedanta



      1.      Pengertian dan Pokok-Pokok Ajaran Wedanta
pengertian
Wedanta berasal dari kata weda – anta, artinya bagian terakhir dari weda. Kitab Upanisad juga disebut dengan Wedanta, karena kitab-kitab inimewujudkan bagian akhir dari Weda yang bersifat menyimpulkan. Disamping itu ada tiga faktor yang menyebabkan Upanisad disebut dengan Wedanta, yaitu:
a.       Upanisad adalah hasil karya terakhir dari zaman Weda.
b.      Pada zaman Weda program pelajarna yang disampaikan oleh para Rsi kepda sisyanya, Upanisad juga merupakan pelajaran yang terakhir. Para Brahmacari pada mulanya diberikan pelajaran shamhita yakni koleksi syair-syair dari zaman Weda. Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Brahmana yakni tata cara untuk melaksanakan upacara keagamaan, dan terakhir barulah sampai pada filsafat dari Upanisad.
c.       Upanisad merupakan kumpulan syair-syair yang terakhir daripada zaman Weda. Oleh karena itu upanisad adalah inti dari Weda atau Wedanta.
Jadi pengertian Wedanta erat sekali hubungannya dengan upanisad hanya saja kitab-kitab Upanisad tidak memuat urainnan-uraian yang sistematis. Penyusun Upanisad pertama kali dilakukan oleh Badrayana, kira-kira 400 SM. Hasil karyanya disebut Wedanta – sutra.
Pokok-Pokok Ajaran
Filasafat Wedanta bersumber dari  Upanisad, Brahma sutra/ Wedanta-sutra dan Bhagawadgita. Filsafat tentang dunia ini ada yang memberikan ulasan bahwa dunia ini maya (bayangan saja). Dilain pihak menyebutkan dunia ini betul-betul ada, bukan palsu sebab diciptakan oleh Tuhan dari diriNya sendiri. Karena perbedaan pendapat ini dengan sendirinya menimbulkan teka-teki , apakah dunia ini benar-vbenar ada ataukah dunia ini betul-betul maya?
Hal ini menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. Akibat dari penafsiran tersebut menghasilkan aliran-aliran filsafat Wedanta.[i]
Adapun para tokoh filsafat Wedanta yang terkenal adalah Sankara, Ramanuja, dan Madhawa. Masing – masing tokoh mendirikan aliran yang corak ajarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya, tetapi memiliki tujuan yang sama. (1) Sankara mendirikan aliran Adwaita; (2) Ramanuja mendirikan aliran Wisistadwaita; (3) Madhawa meandirikan aliran Dwaita. Secara garis besar semua aliran dari Wedanta tersebut terdiri dari aliran yang bersifat absolutistis dan theis.[ii]
2.      Aliran Adwaita dan Pemikiran Tokohnya
Sistem Wedanta yang terkenal dan terbesara adalah Adwaita. Adwaita artinya tidak dualisme. Maksudnya adwaita menangkal bahwa kenyataan ini lebih dari satu (Brahman). Disamping ada Brahman masih ada Atman yang merupakan sumber kekuatan.
Penganjur terbesar dan terbanyak pegaruhnya dari aliran ini adalah Sankara (788-820 M). Sweta Swatara Upanisad (mempertemukan pendapat-pendapat yang bertentangan), menyatakan bahwa asal daripada dunia ini terletak pada kekuatan sulap (maya) daripada Brahman. Dengan demikian Brahman dengan kekuatan MayaNya dapat memperlihatkan segala yang kita lihat ini, sehingga menghalangi pengetahuan kita yang sebenarnya yaitu Brahman dengan keanekaragamannya. Kekuatan Maya dari Brahman dapat menipu diri manusia, antara lain:
a.       Membuat manusia tertipu mengenai dunia yang kita lihat.
b.      Tertipu tentang apa yang sebenarnya Tuhan itu.
Sankara yang mengakui juga Maya itu kekuatan Tuhan, tetapi tidak permanen. Sankara berpendapat bahwa Tuhan tidak mengalami suatu perubahan dan segala yang kita lihat berubah, hanya kelihatannya saja demikian, sebenarnya tidak. Contoh: Perubahan Wiwarta yakni perubahan pandangan terhadap kenyataannya. Sesungguhnya tidak berubah, tapi kelihatannya saja berubah. Seperti merubah ular sebagai tali, melihat awana sebagai orang-orangan, dan lain sebagainya.
Sankara menganggap bahwa perubahan itu hanya lah wiwarta. Tapi keduanya percaya sat – Karya – Wada – (Samkhya)yakni semuanya bersumber dari Brahman.
Menurut Upanisad dunia beserta isinya adalah merupakan evolusi dari Brahman, evolusi paling dikenal adalah bahwa dari Brahman timbul panca Tan Matra – panca Maha Bhuta dari unsur ini timbul benda. Disamping sesuatu yang ada merupakan bagian dari dunia, tapi juga Tuhan sendiri menjadi dunia ini. Sankara tidak setuju bahwa Tuhan itu menciptakan dunia ini (parinama), tapi menyatakan diproyeksikan pada Tuhan (Wiwartawada).
Sankara menyatakanyang ada secara nyata (Sat) adalah kekal. Hanya bRahmana lah yang disebut Sat, artinya hanya Brahmana lah yang kekal. Tapi dunia ini beraneka ragam. Jadi dunia bukanlah sat, dunia ini bukan Brahman. Oleh karena itu harus dikatakan bahwa dunia adalah betul-betul ada dan maya, karena tidak kekal. Demikian pula benda-benda duniawi, sekalipun tidak dapat dikatakan ada secara mutlak, namun kenyataannya memang ada. Tapi benda duniawi tidak kekal selalu berubah sesuai dengan kodratnya.
Dunia ini tergantung pada Brahman. Seandainya Brahman tidak ada, dunia tidaka akan ada. Tapi bukan sebaliknya. Barhman tetap ada dan kekal abadi.


[i] I Geda Rudia Adiputra, dkk, Tattwa Darsana, Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi, 1990, h. 67-68
[ii] Bayu Arkeolog Jawa, Intisari Sad Darsana dan Hubungannya dengan ilmu Percandian Dalam Dunia Arkeologi, diakses pada 24 Okt. 12, dari http://bayuarkeologjawa.blogspot.com/2011/11/intisari-sad-darshana-dan-hubungannya.html

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts