Rabu, 19 Desember 2012

Pemikiran Mahatma Gandhi dan Sumbangannya Terhadap Agama Hindu



Pemikiran Mahatma Gandhi Dan Sumbangannya Terhadap Agama Hindu
A.Pendahuluan                    
 Perjuangan Gandhi untuk meraih kemerdekaan tidak lepas dari ajaran-ajarannya(utamanya dari ajaran agama Hindu) yang dipraktikkan dalam hidupnya.Dalam menjalankan Aksi perlawanannya,ia selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan sebagai basis dasar gerakannya.Untuk memahami lebih jauh ajaran atau prinsip-prinsip anti kekerasan gandhi.
Pada kesempatan ini, kami mencoba untuk mengulas pergulatan Gandhi dalam menggali pengalaman hidupnya yang banyak terinspirasi dari kitab-kitab suci, seperti al-Kitab, al-Quran, Bhagavad Gita dan lainnya. Yang pada gilirannya, dari pergulatan inilah Gandhi memperoleh spirit gagasan Ahimsa, Satyagraha, Swadesi, Hartal.
B. Pemikiran-pemikiran Gandhi
Ajaran dan sosok Gandhi telah menjadi milik dunia. Ia telah mendarmabaktikan pemikiran dan hidupnya untuk memajukan dunia, mewujudkan perdamaian abadi yang dilandasi kebenaran, keadilan, dan cinta kasih yang tulus. Gandhi terkenal sebagai seorang experimenter dalam pengembangan ‘perang’ tanpa kekerasan. Salah satunya adalah kemanjuran strategi kebenaran dan diplomasi dengan prinsip satyagraha dan ahimsa disamping swadesi ,dan  Hartal.
Aksi Sosial Gandhi Melawan Penindasan
Seperti telah disinggung di muka, Gandhi adalah seorang Jainis yang mana di dalam aliran ini (Jainisme) memiliki paham bahwa meneruskan hidup berarti selalu aktif secara fisik, kata-kata dan pikiran. Itu berarti bahwa manusia harus selalu aktif dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Keaktifan ini harus juga berhadapan dengan pelbagai situasi kemanusiaan seperti suka dan duka, untung dan malang. Namun, yang paling penting ialah bagaimana kita dapat membangun diri kita dalam situasi-situasi itu. Sukses dan keberhasilan adalah sesuatu yang diusahakan dan dicari.[1]

Kemerdekaan India atas penjajahan Inggris tidak lepas dari peran perjuangan Gandhi. Bangsa India dapat mencapai kemerdekaannya pada tanggal 15 Agustus 1947 dengan cara damai dan pantang kekerasan. Perjuangan Gandhi untuk meraih kemerdekaan India tidak lepas dari ajaran-ajarannya yang ia praktekkan dalam hidupnya. Gandhi dalam menjalankan aksi perlawanannya selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan sebagai basis dasar gerakannya. Beberapa gerakan tersebut antara lain sebagai berikut:
Ø  Ahimsa
Secara harfiah ahimsa berarti “tidak menyakiti”, tetapi menurut ghandi pengertian seperti itu belum cukup, menurutnya ahimsa berarti menolak keinginan untuk membunuh  dan tidak membahayakan jiwa, tidak menyakiti hati,tidak membenci,tidak membuat marah,tidak mencari keuntungan diri sendiri dengan meperalat serta mengorbankan  orang lain.Ghandi memandang ahimsa dan kebenaran (satya) ibarat saudara kembar yang sangat erat, namun membedakannya dengan jelas bahwa ahimsa merupakan sarana mencapai kebenaran, sedangkan kebenaran (satya) sebagai tujuannya.[2]
Pengertian ahimsa sebagai sebagai suatu sarana berarti tidak mengenal kekerasan untuk mencapai kebenaran, baik dalam wujud pikiran,ucapan,maupun tindakan. Justru kebalikannya,ahimsa harus menciptakan suasana membangun ,cinta,dan berbuat bauk kepada orang lain meskipun orang lain itu telah menyakitinya,bahkan terhadap musuhnya sekalipun.
Ø  Satyagraha
Secara harfiyah satyagraha berarti suatu pencarian kebenaran dengan tidak mengenal lelah. Berpegang teguh  pada kebenaran artinya satyagraha  merupakan jalan hidup seorang yang berpegang teguh terhadap tuhan yang maha esa dan mengabdikan seluruh hidupnya pada Tuhan Yang Maha Esa.Karena jalan satu-satunya untuk mencapai tujuan ini adalah dengan sarana ahimsa,maka satyagraha juga berarti”mengejar tujuan benar dengan sarana ahimsa.
Ø  Swadesi
Pengertian swadesi adalah cinta tanah air sendiri,cara mengabdi kepada masyarakat yang sebaik-baiknya kepada lingkungannya sendiri lebih dahulu. Ghandi secara jelas memberikan urutan swadesi ini,yaitu pengabdian diri untuk keluarga,pengorbanan keluarga untuk desa,desa untuk keluarga dan negara untuk kemanusiaan.Maksud Ghandi agar swadesi ditaati untuk menciptakan ketentraman dunia,sedangkan pengingkaran terhadapnya mengakibatkan kekacauan.Pelaksanaan swadesi ini antara lain:Sebisa-bisanya agar membeli segala keperluan dari dalam negeri dan tidak membeli barang-barang import,bila barang-barang tersebut dapat dibuat dalam negri sendiri.Melihat situasi dan kondisi waktu itu kemungkinan untuk melaksanakan anti import barang-barang asing sebagai protes dan boikot terhadap kaum penjajah.
Ø  Hartal
Hartal semacam pemogokan nasional,toko-toko ditutup sebagai protes politik dan para pekerja melakukan pemogokan massal.Untuk pertama kalinya Ghandi memutuskan untuk menentang pemerintah kolonial Inggris di india. Ia Memutuskan melaksanakan hartal.ia mengatakan bahwa suatu hari kegiatan dagang harus dihentikan,toko-toko tutup,dan pekerja –pekerja mogok.Hartal ini merupakan permulaan dari perjuangan selama 28 tahun, yang berakhir dengan penjajahan inggris menghentikan koloninya atas bangsa india. Hartal dilakukan oleh rakyat india sebagai sebuah protes politik,namun hari-hari mogok itu dihabiskan dengan berpuasa dan kegiatan keagamaan lainnya.[3]
C. Konsep Filosofis Tentang Masyarakat
Pandangan yang berbeda tentang konsep masyarakat banyak dikemukakan oleh para filosof,baik klasik maupun kontemporer. Perbedaan pandangan tersebut biasanya terjadi karena asumsi dasar yang mengonstruksi pemikirannya juga berbeda. Itulah sebabnya, konsepsi masyarakat menjadi banyak variannya tergantung dari sudut pendekatan yang digunakan. 
D. Masyarakat Tanpa Kekerasan Menurut Gandhi
Pada dasarnya gagasan Gandhi tentang masyarakat tidak bisa dilepaskan dari gagasan pokoknya tentang prinsip-prinsip pola reaksi antar manusia untuk hidup berdampingan secara damai, toleran, dan jauh dari perilaku kekerasan. Pola  relasi antarmanusia yang kemudian berada dalam suatu tempat adalah jaminan pertama dan utama yang membentuk masyarakat. Artinya, masyarakat adalah suatu komunitas yang terjadi dan terbentuk dari proses relasi antarmanusia yang menduduki suatu wilayah tertentu.
Gandhi berkeyakinan  bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks dan unik yang slalu mengalami proses perkembangan dari Himsa menuju Ahimsa. Manusia sebagai makhluk otonom misalnya,selalu berusaha sekuat tenaga untuk membangun hubungan baik dengan sesama. Itulah yang memberikan suatu pendasaran tentang konsepsi masyarakat bagi Gandhi, Bahwa masyarakat terbentuk karena kehadiran manusia sebagai makhluk otonom dan berkorelasi. Faktor berkorelasi tersebut memberikan suatu ikhtiar bagi manusia untuk tidak memusnahkan manusia lainnya dan menghindarkan diri dari perilaku himsa atau kekerasan.
Menurut Gandhi , dalam setiap pengabdian dalam masyarakat, tidaklah mungkin saling melepaskan diri dari bagian-bagiannya. Kewajiban sesorang terhadap dirinya sendiri, kepada keluarganya,kepada bangsanya dan kepada seluruh  dunia, misalnya,kepada bangsanya dan kepada seluruh dunia,misalnya mutlak,mutlak saling berkaitan.Tidak mungkin seseorang berjasa kepada tanah airnya dengan merugikan diri sendiri atau keluarganya.Sehingga wujud dari pengabdian seseorang kepada masyarakat adalah membangun secara bersama-sama kepentingannya masing-masing dengan tetap mengedepankan kepentingan bersama.[4]
D. Gandhi dan Agama Hindu
Gandhi adalah seorang Hindu ortodok tapi juga seorang reformator Hindu sebab ia mempraktikan apa yang ia sampaikan.  Bagi Gandhi kebenaran juga adalah kesadaran akan kesatuan diri kita dengan seluruh universium atau meleburnya jiwa (merging) individual ke dalam jiwa universal. Sementara dalam agama Hindu terdapat beberapa ajaran tentang pengakuan adanya realitas tertinggi, ajaran tentang jiva (jiwa), ajaran tentang karma, dan ajaran tentang pelepasan atau pembebasan. 
 Ajaran-ajaran di atas memiliki hubungan yang erat dengan Mahatma Gandhi yang juga seorang Jainis. Berkat Gandhi, agama Hindu memiliki tempat yang berarti bagi kehidupan kemanusiaan. Karena, Gandhi adalah seorang sannyasin asketis yang meniadakan pembatas antara hidup doa dan tindakan atau perbuatan sehari-hari, antara agama dan politik. Namun, baginya masih memilki keterkaitan sebab yang terbatas dan tak terbatas tidak terpisah tapi saling berhubungan secara mendalam. Tidak ada konflik antara keadaan pembebasan dengan keadaan terbelenggu (bondage), antara dharma sebagai kewajiban moral dan mokhsa. Mokhsa bersifat individual sekaligus universal yang merupakan buah dari dharma setiap orang dan dharma komunitas.
E. Penghargaan untuk gandhi
Gandhi tidak pernah menerima Penghargaan perdamaian nobel, meski dia dinominasikan lima kali antara 1937 dan 1948. Beberapa dekade kemudian, hal ini disesali secara umum oleh pihak Komite Nobel. Ketika Dalai Lama dianugerahi Penghargaan Nobel pada 1989, ketua umum Komite mengatakan bahwa ini merupakan "sebuah bentuk mengenang Mahatma Gandhi".
Museum elektronik Nobel mempunyai artikel mengenai hal tersebut. [5]
Sepanjang hidupnya, aktivitas Gandhi telah menarik berbagai komentar dan opini. Misalnya, sebagai penduduk Kerajaan Britania, Winston Churchill pernah berkata "Menyedihkan...melihat Mr. Gandhi, seorang pengacara Kuil Tengah yang menghasut, sekarang tampil sebagai seorang fakir yang tipenya umum di Timur, menaiki tangga Istana Viceregal dengan badan setengah-telanjang." Begitu juga dengan Albert Einstein yang berkomentar berikut mengenai Gandhi: "(Mungkin) para generasi berikut akan sulit mempercayai bahwa ada orang seperti ini yang pernah hidup di dunia ini."
Karya Mahatma Gandhi tidak terlupakan oleh generasi berikutnya. Cucunya, Arun Gandhi dan Rajmohan Gandhi dan bahkan anak cucunya, Tushar Gandhi, adalah aktivis-aktivis sosio-politik yang terlibat dalam mempromosikan non-kekerasan di seluruh dunia.
Kata kebajikan yang dikenang Mahatma Gandhi:
Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.














REFERENSI
v  Gandhi, M. K., Mahatma Gandhi; Sebuah Autobiografi, terj. Andi Tenri W, Yogyakarta: Narasi, 2009
v  Gandhi, Mahatma, Kehidupan Ashram dari Hari ke Hari, terj. Gedong Bagus Oka, Denpasar : Yayasan Bali
v  http://id.wikipedia.org/wiki/Warisan_ajaran_Gandhi_di_Indonesia
v  I Ketut Wisarja, Gandhi dan masyarakat tanpa kekerasan,2007,Surabaya:PT.Paramita
http://en.wikipedia.org/wiki/Mohandas_Karamchand_Gandhi


[1] I ketut Wisarja, Gandhi dan Masyarakat tanpa kekerasan, h. 75
[2] I ketut Wisarja, Gandhi dan Masyarakat tanpa kekerasan, h.76
[3]  Ibid, h. 80
[4] I ketut wisarja, Gandhi , h.123

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts