Selasa, 18 Desember 2012

Samkhya

Sad Darsana Kata darsana berasal dari urat kata "drs" yang artinya melihat ataumemandang. Dalam hubungan ini kata darsana artinya adalah sesuatu pandanganyang benar terhadap apa yang harus dilakukan oleh seseorang baik moral maupun material untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan abadi dalam kehidupan tertentu. Nama atau istilah lain yang memiliki arti mendekati dengan darsana adalah: • Tattwa; kata ini berasal dari kata "tat" yang artinya itu. Dalam bahasa sehari-hari kata tattwa berarti uraian tentang Ke-Tuhanan: • Mananasastra: kata. ini berarti pemikiran, perencanaan:pertimbangan atau renungan. Yang dimaksud adalah pemikiran atau renungan filsafat • Wicarasastra; kata ini berarti pertimbangan, renungan. Penyelidikan dankeragu-raguan. yang dimaksud adalah penyelidikan tentang kebenaran • Tarka; kata ini berarti spikulasi yang dimaksud adalah penyelidikan tentang kebenaran Filsafat Samkhya Samkhya adalah salah satu sistem filsafat India, yang mengakui Veda sebagai otoritas tertinggi. Oleh sebab itu Samkhya dikelompokkan kedalam Astika (ortodok). Jika dilihat dari bentuk katanya, Samkhya berasal dari dua urat kata yaitu “sam” dan “Khya”. Sam diartikan sebagai bersama-sama dan Khya diartikan sebagai bilangan, jadi secara harfiah Samkhya berarti bilangan bersama-sama. Kata Samkhya digunakan dalam Sruti dan Smirti, dimana masing-masing digunakan dalam pengertian pengetahuan dan tindakan, sehingga kata Samkhya ini juga memiliki arti pengetahuan yang benar. Dalam Sarva Darsana Samgraha, yaitu suatu sistem filsafat Hindu mengatakan kata Samkhya (sankhya) itu artinya adalah jumlah. Dan sistem ini memberikan 25 prinsip terjadinya alam semesta setelah dua asas yaitu purusa dan prakerti sehingga berkembanglah sebagai penyusun alam semesta dan tubuh manusia itu sendiri. Meskipun Samkhya kadangkala dikatakan sebagai ajaran yang bersifat atheistic namun Samkhya menggunakan Veda sebagai otoritas tertingginya. Samkhya menggunakan Veda sebagai dasar pengembangan kebenaran Hindu. Selain Veda, Samkhya juga menggunakan Chandogya Upanisad, Prashna Upanisad, Katha Upanisad, dan Svetasvatara Upanisad. Dan yang tidak kalah penting dalam ajaran Samkhya adalah Mahabharata yang termuat dalam kitab Bhagawadgita. 1. Konsep Purusa dan Prakerti Purusa Purusa merupakan jenis kesadaran tertinggi. Samkhya menyebut purusa sama dengan roh atau jiwa. Purusa ini bersifat tak terikat yang meresapi segala yang abadi. Teori Samkhya menyatakan bahwa roh itu ada karena ia menjelma, ketidakadaan roh tidak dapat dinyatakan dengan apapun juga. Roh itu berbeda dengan indria, pikiran, dan akal.roh bersifat langgeng, tanpa sebab menyusupi segala namun bebas dari segala ikatan dan pengaruh dunia. Prakerti Samkhya dalam ajarannya menerima 2 ultimasi,yakni Purusa (spirit) dan Prakerti (Matter), sebagai 2 asas rohani dan kebendaan, dari 2 asas inilah terciptanya alam semesta. Prakerti adalah sebab terakhir dari alam semesta sebab prakerti merupakan awal dari semua yang ada dalam alam semesta ini, maka prakerti harus bersifat kekal dan abadi. Karena tidak mungkin yang tidak kekal menjadi sebab pertama dari semua yang ada pada alam semesta ini. Dalam bahasa sansekerta prakerti berasal dari urat kata “pra” yang berarti sebelum atau pertama dan akar kata “kr” yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi Prakerti diartikan sebagai yang ada sebelum segala sesuatunya dihasilkan atau disebabkan, sumber pertama dari semua benda, bahan asal darimana semua benda menyebar dan ke dalam mana semua benda pada akhirnya akan kembali. 2. Triguna Prakerti dibangun oleh triguna yaitu sattwa, rajas, tamas. Guna berarti unsur. Sattwa adalah suatu prakerti yang merupakan alam kesenangan yang ringan, yang terang, bercahaya. Wujudnya berupa kesadaran sifat ringan yang menimbulkan gerak ke atas, angin dan air di udara adan semua bentuk kesenangan seperti kepuasan,kegirangan dan sebagainya. Rajas adalah unsur erak pada benda-benda ini. Ia selalu bergerak dan menyebabkan benda-benda ini bergerak. Ialah menyebabkan api berkobar, angin berembus, pikiran berkeliaran kesana kemari. Ialah yang menggerakkan sattwa dan tamas untuk melaksanakan tugasnya. Tamas adalah unsur yang menyebabkan sesuatu menjadi pasti dan bersifat negatif. Ia bersifat keras, menentang aktifitas menahan gerak pikiran sehingga menimbulkan kegelapan, kebodohan sehingga mengantar orang pada kebingungan. Karena menentang aktifitas menyebabkan orang mnejadi malas, acuh tak acuh, tidur. Ketiga guna ini selalu bersama dan tidak pernah berpisah satu sama lainnya. Ada dua bentuk perubahan triguna ini. Pada waktu pralaya masing-masing guna berubah pada dirinya sendiri tanpa mengganggu yang lain. Perubahan seperti ini disebut swarupaparinama. Pada waktu demikian tak mungkin ada ciptaan, karena tak ada kerja sama antara guna-guna itu. Namun bila guna yang satu menguasaia yang lain, maka terjadilah suatu penciptaan. Perubahan ini disebut wirupaparinama. 3. Evolusi alam semesta Prakerti akan mengembang menjadi alam ini bila berhubungan dengan Purusa. Melalui hubungan ini prakerti dipengaruhi oleh purusa seperti halnya anggota badan kita dapat bergerak karena hadirnya pikiran. Evolusi alam semesta tidak mungkin terjadi hanya karena purusa, karena ia bersifat pasif. Tidak juga hal itu dapat terjadi karena prakerti, karena ia tanpa kesadaran. Hanya karena hubungan purusa prakerti sajalah dunia ini dapat terjadi. Hubungan antara Purusa dan Prakerti menyebaban terganggunya keseimbangan dalam triguna. Yang mula-mula tergantung adalah rajas yang menyebabkan guna yang lain ikut terguncang pula. Masing-masing guna itu berusaha mengatasi kekuatan guna lainnya. Maka terjadilah pemisah dan penyatuan triguna yang menyebabkan munculnya objek yang kedua ini. Yang pertama terjadi dari prakerti adalah mahat dan budhi. Mahat adalah benih besar alam semesta ini, sementara budhi adalah unsur intelek. Fungsi budhi ialah untuk memberikan pertimbangan dan memutuskan segala apa yang datang dari alat-alat yang lebih rendah dari padanya. Dalam keadaannya yang murni ia bersifat dharma, jnana, vairagya dan aiswarya yaitu kebajikan, pengetahuan, tidak bernafsu dan ketuhanan. Yang kedua yaitu Ahamkara atau rasa aku adalah hasil prakerti yang kedua. Ia langsung timbul dari mahat dan merupakan manifestasi pertama dari mahat. Fungsi ahamkara adalah merasakan rasa aku. Dengan ahamkara sang diri merasa dirinya yang bertindak, yang ingin, yang bermiliki. Ada tiga macam ahamkara sesuai dengan guna mana yang lebih unggul dalam keinginan itu. Ahmkara itu disebut sattwika bila unsur sattwa yang unggul, rajasa bila rajas yang unggul, dan tamasa bila tamma yang unggul. Dari sattwika timbullah panca jnanendriya, panca karmendriya dan manas. Dari tamasa lahirlah panca tanmatra. Tanmatra adalah sari-sari benih suara, sentuhan, warna, rasa, dan bau. Dari benih suara terjadilah akasa. Dari benih sentuhan dan suara terjadilah udara.dari benih warna, suara dan sentuhan terjadi cahaya dan api. Dari benih suara, sentuhan dan warna terjadi air. Dan dari benih bau dan empat tanmatra yang lain terjadilah bumi. Dari semua anasir kasar itu berkembanglah alam semesta ini dengan segala isinya. Evolusi prakerti menjadi dunia objek memungkinkan roh nikmat atau menderita sesuai dengan baik buruk perbuatannya. Namun tujuan akhir evolusi prakerti adalah kelepasan. 4. Ajaran tentang kelepasan Dalam ajaran samkhya kelepasan itu adalah penghentian yang sempurna dari semua penderitaan. Inilah tujuan terakhir dari hidup kita. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memperringan hidup kita, namun tidak dapat melepaskan kita dari penderitaan sepenuhnya. Samkhya mengajarkan bahwa cara mencapi kelepasan itu ialah melalui pengetahuan yang benar atas kenyataan dunia ini. Tiadanya pengetabhuan itulah yang menyebabkan orang menderita. Dalam banyak hal orang-orang yang tidak punya pengetahuan tentang hukum alam dan hukum kehidupan terbentur pada masalah yang membawanya pada kesedihan. Kelepasan itu hanya akan dicapai bila penegtahuan orang akan kenyataan itu sudah sempurna. Sebab penderitaan itu adalah kebodohan, yaitu ketidakmampuan membedakan antara roh dengan yang bukan roh. Bila orang telah menyadari bahwa roh itu tidak hadir dan tidak mati, ia bebas dari penderitaan. Ada dua macam kelepasan, yaitu -jiwanmukti adalah kelepasan roh selama ia hidup dalam badan ini. -widehamukti adalah kelepasan roh dari badan kasar dan badan halus.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts